Qatar 2022 : Piala Dunia Yang Setara (The Equal World Cup For Asia & Africa)

Barangkali Piala Dunia yang paling mengejutkan sejak saya menonton kompetisi tertinggi sepakbola ini dari tahun 1998. Fifa World Cup 2022 Qatar, diluar begitu banyak kritikan yang menerpanya dan kebanyakan tidak berkaitan dengan sepakbola itu sendiri, nyatanya menjadi sebuah turnamen yang berhasil (sejauh ini) serta setara.

Bukan setara sebagai sesuatu yang diproteskan oleh timnas Jerman dengan menutup mulut mereka, tetapi setara, seimbang, tidak ada lagi negara yang superior dalam sepakbola. Bayangkan pada babak grup, Arab Saudi mampu menumbangkan calon juara Argentina dengan Lionel Messi didalamnya.

Kejutan tidak berhenti disitu saja, karena Jepang diluar dugaan mampu menunjukkan permainan yang bagus dengan meraup dua kemenangan atas raksasa sepakbola, Jerman dan Spanyol. Ketika melawan Jerman, para pemain Jepang sukses menunjukkan hasil “belajar’ mereka di Bundesliga karena mampu unggul dan akhirnya “menutup mulut” Manuel Neuer beserta rekannya.

Masih tentang Jepang, Piala Dunia kali ini juga menunjukkan bagaimana teknologi yang sudah sedemikian detail mengatur permainan sebelas lawan sebelas. Penggunaan kamera diberbagai sudut, akhirnya menentukan bahwa bola yang dari sudut tertentu terlihat sudah keluar lapangan, namun dari sudut atas masih terlihat ada sedikit bagiannya yang mengapung diatas garis lapangan, membuat wasit memutuskan gol kemenangan Jepang ke gawang Spanyol merupakan sesuatu yang sah.

Bagi tim Singa Atlas, Maroko, Piala Dunia kali ini bisa jadi merupakan sebuah standar baru bagi generasi yang akan datang, bukan hanya untuk anak muda Maroko tetapi juga bagi seluruh Benua Afrika. Hakim Ziyech, Roman Saiss, Yassine Bounou dan yang lainnya mematahkan “kutukan” perempatfinal dengan menjadi wakil Benua Afrika pertama yang lolos ke semifinal sepanjang sejarah Piala Dunia. Lebih menarik lagi karena dari empat kontestan semifinalis Piala Dunia 2022, mereka paling sedikit kebobolan.

Permainan fisik ditambah keuletan dan kegigihan mereka mengejar bola yang tengah dikuasai lawan, serta serangan balik cepat, tentunya membuat Prancis akan sangat memperhitungkan Maroko. Apalagi dalam babak grup, juara Piala Dunia 2018 ini bahkan sempat dikalahkan oleh wakil Afrika lainnya yaitu Tunisia yang kali ini memperbaiki catatan rekor mereka dengan satu kemenangan, satu imbang dan satu kekalahan. Fyi, gaya permainan Tunisia hampir mirip dengan Maroko.

Bagi Benua Asia, selain kejutan yang sudah disebutkan diatas, catatan lainnya adalah untuk kali pertama Piala Dunia diselenggarakan di jazirah arab. Kemudian, teknologi bukan hanya diterapkan dalam permainan sepakbola saja, tetapi juga pada infrastruktur stadion, karena cuaca panas Qatar dapat diatasi dengan sistem pendingin atau AC yang konon terinspirasi dari sistem pendingin pada mobil. Banyak yang menyebutkan bahwa penonton yang hadir langsung alih – alih kepanasan justru merasa kedinginan.

Catatan berikutnya adalah bagaimana kegigihan Korea Selatan yang berhasil lolos dari lubang jarum dengan mengalahkan Portugal dipertandingan terakhir babak grup. Bahkan bagi saya ini rasanya mengulang momen pada Piala Dunia 2018 ketika tim negeri Ginseng ini mengalahkan Jerman. Proses gol kedua Korea Selatan ke gawang Portugal agak mirip dengan gol yang mereka cetak ke gawang Jerman, dengan Son Heung Min yang melakukan sprint dari daerah pertahanannya sendiri.

Terkadang lupa jika Australia merupakan bagian dari wakil Benua Asia. Padahal mereka di Piala Dunia kali ini berhasil membuat sebuah kemajuan. Setelah terakhir kali lolos ke babak 16 besar pada 2006, dan tiga edisi selanjutnya mereka hanya sampai babak grup saja, kali ini The Socceroos masuk ke babak 16 besar dengan permainan yang baik.

Dua kali segrup dengan Brazil pada Piala Dunia 1994 dan 2014, dua kali pula “The Indomitable Lion” Kamerun kalah. Tetapi tidak sekarang karena dalam pertandingan terakhir Grup G, justru Brazil yang bertekuk lutut ketika dimenit 92, sundulan Vincent Aboubakar menghujam ke pojok kiri bawah gawang yang dijaga Ederson.

Seandainya ada yang berkata hasil mengejutkan yang ditorehkan tim dari Benua Afrika dan Asia akibat pengaruh jadwal Piala Dunia yang digelar diluar kebiasaan karena dimulai Bulan November, dengan alasan pada pertengahan tahun musim panas di Qatar akan menyulitkan para pemain yang tidak terbiasa dengan hawa panas, tetapi disisi lain kompetisi empat tahunan dilakukan ditengah jadwal kompetisi klub yang padat yang memungkinkan para pemain kelelahan, itu bisa saja diterima. Namun harus diingat pula, kompetisi di Asia, Afrika pun tengah bergulir, kemudian para pemain yang dibawa oleh negaranya masing – masing banyak yang berkarir di eropa dan rata – rata merupakan pemain utama dilevel klub.

Sepertinya kita harus mengingat kembali ungkapan pemain timnas Prancis, Ousmane Dembele, saat ditanya oleh jurnalis bagaimana tanggapannya mengenai kekalahan Jerman dari Jepang. Sempat menunjukkan rasa terkejut, namun akhirnya ia menjawab bahwa pada era sepakbola modern yang begitu taktis, kekuatan semua tim hampir sama. Sedikit saja kesalahan dapat berarti kekalahan.

Kita pun harus mengingat persebaran pemain dari berbagai negara untuk berkompetisi di Eropa, pada akhirnya memberikan andil bagi “kesetaraan” diatas lapangan.

AFF Championship : Cuma Ada Satu Opsi Bagi Indonesia, MENANG !!

Subscribe ya channelnya

Timnas Indonesia akan menjalani pertandingan terakhir di Piala AFF hari ini, 19 Desember 2021, melawan Malaysia. Menurut jadwal, pertandingan akan digelar pukul 19.30 WIB. Pertandingan ini merupakan do or die bagi timnas Indonesia. Karena dari Grup B, 3 negara masih punya kans sama lolos ke semifinal sebagai juara dan runner up grup. meski, timnas indonesia unggul 1 poin dari malaysia, namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan.

Timnas bisa saja bermain aman, memaksakan hasil imbang yang sudah cukup untuk lolos ke semifinal. Namun Malaysia ditengah badai covid- 19 yang menerpa skuad mereka, tentunya akan tampil sekuat tenaga untuk meraih tiket ke semifinal. Satu yang pasti, Indonesia tidak boleh kalah.

Secara kualitas, Timnas Malaysia setara dengan Indonesia, tapi jika diukur dari kemampuan individu, rasanya materi pemain timnas Indonesia masih diatas Malaysia.

Ada beberapa pemain yang patut diwaspadai para pemain bertahan timnas Indonesia, yaitu Safawi Rasid yang sudah mencetak 4 gol. kemudian luqman hakim andalan dilini depan yang bermain untuk klub Belgia. Malaysia biasa memasang formasi 4 – 1 – 4 – 1, tapi dipertandingan terakhir ini mereka bisa saja lebih ofensif, dengan lebih dari satu striker dan memainkan striker naturalisasi yaitu Guilherme de Paula.

AFF Championship 2020 : Masalah Klasik Timnas, Stamina !!

Opini saya melalui channel youtube mengenai pertandingan Indonesia vs Kamboja pada Piala AFF 2020. Meski menang, namun ada masalah serius yang harus segera diselesaikan oleh timnas jelang tiga pertandingan lawan Laos, Vietnam dan Malaysia.

Jangan lupa like, komentar dan subscibe ya.

Covid – 19 Dalam Sepakbola : Masker di Liga Australia, Bisa Wajib, Bisa Tidak

Dylan Wenzel – Halls menendang bola dengan kuat ke arah gawang Adelaide United yang dikawal oleh James Delianov. Bola meluncur tepat ke arah sang penjaga gawang, nampak akan mudah ditangkap. Tapi sejurus kemudian, tangkapan James Delianov kurang erat, bola lolos ke kolong kaki dan bersarang digawangnya. Brisbane Roars unggul 3-0 atas Adelaide United dalam pekan ke – 4 A – League atau Liga Sepakbola Australia.

Namun bukanlah terjadinya gol yang membuat saya bangkit dari rebahan dan mendekat ke layar kaca. Justru momen setelahnya ketika Dylan Wenzel – Halls merayakan gol dengan berpelukan bersama penonton. Saya lihat ke arah kanan atas layar kaca. Disitu tertera tulisan “LIVE”. Hem sungguh pemandangan langka ditengah pandemi covid – 19 yang mengharuskan kita untuk berjaga jarak bahkan jabat tangan pun sekarang dicurigai sebagai aktivitas menyebarkan virus.

Pertandingan masih menyisakan belasan menit, namun jari dan pikiran saya sudah tersita untuk mengetik dalam kolom pencarian google, apalagi para penonton yang hadir distadion tidak bermasker.

Inilah hasil pencarian saya dari situs health.gov.au

Paragraf pertama dalam tangkapan layar diatas membuktikan bahwa di Australia penggunaan masker bukanlah kewajiban. Saya coba terjemahkan : “Ketika penyebaran covid – 19 dalam skala rendah, orang dalam kondisi sehat tidak direkomendasikan menggunakan masker “. Selanjutnya silahkan terjemahkan sendiri ya.

Mengejutkan. Ketika berbagai negara termasuk Indonesia masih mewajibkan penggunaan masker ditempat umum, ternyata Australia sudah tidak mewajibkan. Negara Kanguru tersebut justru menekankan pentingnya jaga jarak / physical distancing untuk mencegah penyebaran covid – 19. Penggunaan masker diwajibkan atau ditekankan jika seseorang berada dalam kondisi yang sulit untuk menjaga jarak seperti dalam transportasi umum.

Tentunya ini tidak ujug – ujug. Jika kita menggali sumber lainnya, maka ada berbagai langkah yang dilakukan sebelumnya sehingga saat ini penanggulangan covid – 19 di Australia, jika menggunakan bahasa sendiri, berbasiskan kejadian faktual. Hari ini bisa bebas masker, besok wajib masker, lusa bisa bebas lagi.

Dalam penanggulangan covid – 19, Australia telah melakukan berbagai hal yang diperlukan seperti mengunci perbatasan mereka, serta memberikan respon cepat meski hanya ditemukan kasus dalam jumlah kecil saja seperti yang terjadi di Sydney pada akhir Desember lalu. Respon cepat tersebut diwujudkan dalam bentuk karantina wilayah yang ketat. klik BBC

Singkat kata setelah pandemi berjalan setahun, Pemerintah Australia lebih fleksibel dalam penanggulangan covid – 19. Seperti yang terjadi bulan Januari lalu dalam Liga Sepakbola Australia, ketika daerah New South Wales mewajibkan masker bagi para penonton sepakbola yang datang langsung ke stadion, karena meningkatnya kasus covid – 19 didaerah tersebut.

Satu hal yang ditekankan dalam berbagai pemberitaan adalah penanggulangan covid – 19 di Australia berdasarkan sains. Kemudian ketika covid – 19 terjadi pada tahun lalu, semua elemen terutama pada Pemerintahan menyatukan langkah bersama dan terpadu. Selain itu, dalam berbagai pemberitaan pun disebutkan bahwa penanggulangan covid – 19 di Australia berbasiskan kepemimpinan kuat.

Walau hanya melihat satu pertandingan saja, karena memang sangat jarang sekali menonton A – League, namun ada rasa cemburu, mengingat liga sepakbola Indonesia dihentikan dan entah kapan bisa dilanjutkan.

Liga 1 Tanpa Kepastian

Merumput edisi 19 Oktober 2020 (Tulisan ini, saya unggah pula di swaraperintis.blogspot.com)

Kelanjutan Liga 1 musim 2020 belum dapat dipastikan. Selepas PSSI, PT. LIB dan klub bertemu pada 13 Oktober 2020 lalu dengan hasil menyepakati kompetisi kembali dilanjutkan pada bulan November, muncul kabar lain yang menyebutkan bahwa pihak Polri tetap tidak akan mengeluarkan izin. Selain karena angka penyebaran covid – 19 masih tinggi, agenda Pilkada juga sudah didepan mata. Lantas apakah liga dapat berjalan pada 1 November mendatang? .

Rasanya sangsi. Karena jika merujuk pada pelaksanaan Pilkada maka kemungkinan liga baru bisa dilanjutkan pada pertengahan atau akhir Desember. Sudah sangat telat. Bisa saja liga dimulai Januari 2021, namun jika begitu, kenapa tidak memulai liga musim baru saja.

Melihat pada pelaksanaan liga diberbagai negara ditengah pandemi covid – 19, maka sebetulnya ada 2 opsi yang bisa dilakukan untuk menjalankan kompetisi namun tetap dalam pengawasan dan protokol kesehatan ketat.

Pertama, mengingat  sebentar lagi tahun 2021, bisa saja PSSI dan PT. LIB, tentunya atas persetujuan klub, menyelesaikan musim ini dengan sistem setengah kompetisi. Sehingga setiap klub tinggal menyelesaikan sisa pertandingan diputaran pertama saja dan liga selesai. Lebih singkat dan tidak bertele – tele. Contoh seperti yang dilakukan oleh Liga Malaysia yang saat ini sedang mempersiapkan musim kompetisi baru selepas melanjutkan liga yang sebelumnya terhenti karena pandemi.

Kedua, menggunakan sistem bubble. Sistem ini akan digunakan oleh Liga Sepakbola Filipina dan sebelumnya dilakukan oleh MLS dan NBA. Semua klub dikumpulkan dalam satu kompleks yang sama, bertanding dilapang sama, menginap ditempat sama, hingga musim kompetisi selesai. 

Memang dengan 18 klub Liga 1 dan jumlah yang lebih banyak di liga 2, tentunya akan ada kesulitan jika hanya menggunakan satu tempat. Tetapi kenapa tidak, misal 18 klub Liga 1, dibagi 2 grup. Masing – masing grup punya tempat bertanding dan menginap yang telah ditentukan. Bikin saja kompetisinya lebih singkat. Misal pada akhirnya dari masing – masing grup, juaranya dipertandingkan dibabak final. Perubahan format kompetisi ditengah pandemi sudah banyak dicontohkan negara lain dan tidak mengundang teguran apapun dari FIFA.

Kedua opsi tersebut bisa dilakukan dan mungkin lebih selaras dengan protokol kesehatan. 

Pagi ini (20/10) muncul berita bahwa PSSI akan segera berkoordinasi dengan Polri dan salah satu klub sudah kembali berlatih. Ditengarai ini merupakan sinyal positif, liga akan dilanjutkan dibulan November. Tetapi kemudian, muncul lagi berita, bahwa kapan koordinasi tersebut dilakukan belum dapat dipastikan. Jadi?? GALAU BERSAMA !!!

Preview(opens in a new tab)

Persipura, Klub Indonesia Dengan Prestasi Terbaik di Asia Era tahun 2000

Ngobrolin prestasi klub sepakbola indonesia di ajang kompetisi sepakbola asia dari era tahun 2000 hingga saat ini, maka Persipura jayapura merupakan klub Indonesia dengan prestasi terbaik.

3 kali tercatat mengikuti kompetisi juara – juara liga sepakbola, prestasi terbaik adalah masuk di babak grup liga champions tahun 2010. Pada tahun 2006, persipura sebetulnya lolos ke babak grup, hanya karena PSSI telat mendaftarkan Persipura dan arema saat itu, maka kedua klub indonesia itu, terkena diskualifikasi.

Pada tahun 2010, Persipura masuk ke babak grup, dan satu grup dengan kashima antlers, jeonbuk hyundai motors, dan changcun yatai. Persipura hanya meraih 1 kemenangan atas changcun yatai, dalam pertandingan yang hingga saat ini sulit dicari dokumentasi videonya.

Sedangkan tahun 2012 , Persipura hanya sampai babak playoff, kalah dari adelaide united. Pencapaian lebih jauh, baru ditorehkan oleh Persipura ketika tampil di Piala AFC.


Tampil di tahun 2011, Persipura dibabak grup bersaing dengan chonburi, south china, dan kingfisher east bengal. Persipura menjadi runner up dengan catatan 3 kemenanga, 2 draw dan 1 kalah. alhasil lolos ke babak 16 besar. Lawan song lam nghe an, Persipura menang 3-1.

Babak perempatfinal, Persipura menghadapi Arbil Irak. dalam pertandingan home and away, Persipura kalah 1-2 dan 0-1, sehingga gagal lolos ke semifinal.

Persipura baru kembali tampil di AFC Cup, pada tahun 2014. disinilah Persipura mencatatkan pencapaian terbaik dari semua klub Indonesia yang pernah tampil di kompetisi asia pada era tahun 2000 hingga saat ini.

Pada babak grup, Persipura bergabung di Grup E bersama, churchill brothers, home united dan new radiant. Persipura lolos ke babak 16 besar dengan menjadi juara grup setelah mengantongi 3 kemenangan, n2 imbang dan 1 kekalahan.

Pada babak 16 besar, Persipura makin ganas, karena klub myanmar yangon united dihantam 9-2. Lolos ke semifinal, Persipura menghadapi lawan kuat dari Kuwait yaitu Kuwait SC. Leg pertama di kuwait, Persipura kalah 3-2. Giliran leg 2, di jayapura, diluar dugaan, Persipura mengalahkan kuwait SC 6-1 .

Masuk ke semifinal, Persipura kembali menghadapi wakil kuwait, Al qadsia. Bermodalkan kepercayaan diri sanggup mengatasi wakil kuwait sebelumnya, pertandingan meski kalah, namun persipura berhasil mengantongi 2 gol tandang karena kalah 4-2.

Sebelum pertandingan kedua digelar di jayapura, rupanya, federasi sepakbola kuwait yang tidak ingin menanggung malu akibat klubnya di permak habis, memfasilitasi kebutuhan al qadsia, hingga mencarter pesawat ke jayapura. Lebih siap daripada sebelumnya, Al qadsia, justru yang mengalahkan persipura dnegan skor 6-0 di jhayapura, terhentilah perlawanan Persipura.

Namun meski begitu, hingga saat ini belum ada klub Indonesia yang mampu menyamai prestasi Persipura yang lolos hingga ke semifinal piala AFC.

Siaran “MERUMPUT” edisi 13 Juli 2020

Merumput Radio Swara Perintis 93. 1 FM edisi 13 Juli 2020 :

Liga Italia

Juventus semakin mendekati gelar juara serie A Italia untuk ke – 9 kali secara berturut – turut sejak musim 2011/2012. Saat ini Juventus memiliki 76 poin dengan sisa 6 pertandingan Liga Italia. Saingan terdekat mereka, Lazio dan Inter Milan memiliki 68 poin dan jika mampu memenangkan semua pertandingan tersisa, poin maksimal kedua klub tersebut adalah 86 poin. Artinya Juventus hanya butuh 10 poin lagi untuk mengamankan gelar serie A, atau bisa lebih cepat tergantung hasil yang didapatkan Lazio dan Inter Milan.

Pada awal musim, sepertinya akan ada perubahan yang besar di Liga Italia, ketika Inter Milan mendatangkan Antonio Conte. Namun seringkali La Beneamata (Julukan Inter Milan), malah tidak konsisten. Conte masih belum menemukan susunan pemain idealnya. Masuknya Ashley Young, Victor Moses, dan Christian Eriksen dipertengahan musim, bukti bagaimana susunan pemain Inter Milan masih belum optimal.

Sementara Lazio yang sempat menempel ketat Juventus, nyatanya dalam 3 pertandingan terakhir kehilangan 9 poin saat melawan Lecce, Sassuolo, dan AC Milan.

Fakta tersebut semakin memudahkan usaha Juventus untuk mengklaim trofi Liga Italia musim ini.

Liga Spanyol

Ketika mengudara tadi malam, pertandingan Granada vs Real Madrid belum dilangsungkan, sehingga poin Los Blancos (Julukan Real Madrid) masih 80 poin dan Barcelona memiliki 79 poin.

Ketika tulisan ini dibuat, pertandingan tersebut rampung dengan kemenangan Real Madrid, sehingga poin mereka kini 83. Dengan hasil ini dan Liga Spanyol menyisakan 2 pertandingan lagi, Real Madrid hanya butuh 1 kemenangan lagi untuk menyabet gelar juara Liga Spanyol yang terakhir kali mereka menangkan musim 2016/2017.

Barcelona yang berada diperingkat 2, hanya bisa berharap musuh mereka tersebut, mengalami hasil jeblok dalam 2 pertandingan terakhir.

Barcelona sendiri musim ini mengalami kondisi tidak baik. Pergantian pelatih dari Ernesto Valverde kepada Quique Setien, masalah usia pemain utama yang kebanyakan diatas 30 tahun, perekrutan pemain semenjana, dan keretakan tim, membuat tim Catalan tersebut limbung, meski masih bisa mendominasi di Liga Spanyol.

Rasanya paling terdekat, kita akan melihat Real Madrid mengangkat trofi. Hanya tentunya seperti Bayern Munchen dan Liverpool, perayaan juara kali ini tanpa sorak sorai sejak penonton dilarang hadir ke stadion.

KUTUKAN BERAKHIR : LIVERPOOL JUARA LIGA INGGRIS

Dejavu. Momen ketika Leicester City jadi juara Liga Inggris musim 2015/2016 seakan terulang lagi ketika dini hari tadi (26/06), Liverpool dinobatkan sebagai juara Liga Inggris setelah Chelsea mempecundangi Manchester City 2-1.

Hanya ada satu elemen yang menghilang dalam “re-kreasi” momen 4 tahun lalu yaitu ketiadaan penonton di stadion. Selebihnya sama atau hampir bisa “disamakan”.

  1. Chelsea

Seperti halnya dimusim 2015/2016, Chelsea menentukan nasib Leicester City juara liga Inggris musim 2015/2016 dengan menahan imbang Tottenham Hotspur 2-2. Memang saat ini mereka menang atas the citizen, julukan Manchester City, namun tetap Chelsea-lah yang menjadi penentu.

2. Dulu Eden Hazard sekarang Christian Pulisic

Seorang pemain menentukan hasil pertandingan. 4 tahun lalu, liukan Eden Hazard dan tendangan kerasnya ke pojok kiri atas gawang Hugo Lloris menjadi pengunci gelar juara Liga Inggris untuk Leicester City yang ketika itu ditangani pelatih Claudio Ranieri. Kini, gocekan pemain asal Amerika Serikat, Christian Pulisic, yang merepotkan pertahanan Manchester City. Apalagi pemain yang baru didatangkan musim ini dari Borussia Dortmund juga mencetak 1 (satu) gol ke gawang Manchester City.

3. Sang juara menunggu gelar juara dirumah masing – masing

Memang bukan karena himbauan dirumah saja karena pandemi corona, tetapi karena baik Liverpool dan Leicester City, menggantungkan nasib mereka menjadi juara Liga Inggris pada hasil pertandingan Chelsea. Hasil pertandingan tersebut menentukan apakah posisi mereka dipucuk klasemen masih bisa disalip atau tidak. Alhasil, Chelsea yang menggelar karpet merah bagi kedua klub tersebut ke tangga juara.

Sebelum pertandingan Chelsea vs Manchester City dini hari tadi, secara matematis memang Manchester City bisa saja menggeser posisi Liverpool diperingkat pertama meski ada jarak 23 poin (Liverpool 86 poin, Manchester City 63 poin dan  masih 9 pertandingan lagi untuk Manchester City). Tetapi diatas lapangan, gelar juara memang sudah milik Liverpool.

31 pertandingan dilalui oleh skuad The Reds, julukan Liverpool, dengan 28 kemenangan, 2 hasil imbang, dan hanya sekali kalah dari Watford FC di pekan ke – 28. Mereka memang sudah tidak tertahankan. Sebelum “libur corona” mereka hanya berjarak 6 poin saja dari gelar juara liga yang sudah diidam – idamkan selama 30 tahun (terakhir kali Liverpool menjadi juara musim 1989/1990).

Salah satu faktor kunci Liverpool sukses adalah manajer asal Jerman, Jurgen Klopp, yang didatangkan pada 8 Oktober 2015 sebagai pengganti Brendan Rogers. Musim pertamanya Liverpool berada diperingkat 8 Liga Inggris dan menjadi runner up League Cup serta Europa League.

Musim 2016/2017, peringkat akhir di Premiere League membaik, karena Liverpool berada diperingkat 4. Namun nihil pencapaian. Musim berikutnya, peringkat di Liga stabil dan Liverpool menjadi finalis Liga Champion Eropa (tragedi Loris Karius).

Musim selanjutnya mulai menunjukkan prestasi karena Liverpool berhasil menyabet gelar juara Liga Champion setelah mengalahkan Tottenham Hotspur di final. Peringkat di liga pun membaik. Mereka hanya kalah 1 poin saja dari Manchester City yang menjadi juara.

Musim 2019/2020, trio Roberto Firmino – Sadio Mane – Mohammed Salah masih menjadi andalan dan semakin solid. Pola permainan Gegen Pressing mulai lebih fleksibel tanpa meninggalkan keampuhannya karena permainan semacam ini yang ditengarai menjadi kegagalan Liverpool sebelumnya di Liga Inggris. Mereka memang gagal di Liga Champion Eropa, Piala FA dan League Cup. Namun prestasi mereka raih dengan menggondol gelar UEFA Super Cup dan FIFA Club World Cup. Kedua prestasi ini sering jadi cibiran bagi lawan – lawan Liverpool terutama dari suporter lawan. Tetapi gelar Liga Inggris 2019/2020 yang akhirnya membuktikan kehebatan mereka dimusim ini.

Sekali lagi kredit tersendiri patut diberikan kepada Jurgen Klopp. 7 Manajer sejak tahun 1991 gagal memberikan Liverpool gelar juara Liga Inggris meski mereka mendapatkan gelar juara dikompetisi lainnya. Tetapi hanya Klopp yang bisa mematahkan kutukan Liverpool tidak bisa menjadi juara di negaranya sendiri.

 

 

Bayern Munchen Juara (Lagi)?

Bayern Muenchen diambang juara Bundesliga. Itulah salah satu topik acara Merumput di Radio Swara Perintis 93.1 FM Kota Sukabumi. Ya, Die Rotten, lagi – lagi akan menjadi juara liga yang didirikan sejak tahun 1963 tersebut. Jika FC Hollywood kembali merebut gelar juara musim 2019/2020, maka ini akan menjadi gelar ke – 8 berturut – turut, sebab sejak tahun 2012, Bayern Muenchen selalu jadi juara.

Meskipun bukan tontonan utama, tapi musim ini di Bundesliga, saya sempat berharap muncul juara lain, mengalahkan dominasi Bayern Muenchen atau setidaknya menjadi selingan sebelum Stern des Südens (Star of the South), julukan lain Bayern Munchen, kembali menjadi juara musim selanjutnya.

Borussia Moenchengladbach, RB Leipzig, Borussia Dortmund, musim ini bersama Bayern Munchen, bergantian memimpin klasemen Bundesliga. Namun ketiga klub tersebut tidak memiliki daya tahan yang diperlukan untuk menjadi juara liga. Borussia Dortmund memimpin klasemen dari pekan pertama dan kedua. Kemudian giliran RB Leipzig menempati peringkat pertama klasemen dari pekan ketiga sampai kelima. Setelah itu Borussia Moenchengladbach giliran memimpin klasemen dari pekan 7 – 14. Setelahnya RB Leipzig menggeser Moenchengladbach dan memimpin klasemen dari 15 – 19.

Bayern Munchen yang mengawali musim 2019/2020 dengan hasil imbang melawan Hertha Berlin sempat memimpin klasemen pada pekan 6. Sempat huru – hara dengan memecat pelatih Niko Kovac, performa The Bavarians dikembalikan oleh pelatih sementara yang kemudian pelatih tetap, Hans Dieter Flick, eks asisten Niko Kovac.

Diantara beberapa kunci Hansi Flick (Julukan Hans Dieter Flick) mengembalikan performa baik timnya adalah penempatan duet Joshua Kimmich dan Thiago sebagai pusat permainan. Duet ini memainkan peranan penting dalam melakukan pressure kepada lawan yang tengah memegang bola dan juga sebagai kreator serangan. Kunci lainnya adalah penampilan fullback kiri, Alfonso Davies. Kemudian Thomas Muller yang mencatatkan 20 assist serta raja gol Robert Lewandowski.

Screenshot from whoscored.com

Kedalaman skuad yang dimiliki Hansi Flick pun cukup mumpuni untuk mengalahkan lawan – lawan mereka di Bundesliga. Mengenai kedalaman skuad rasanya bisa ditandingi oleh tim lain, jika Bundesliga membuka diri untuk investor – investor asing mengakuisisi klub Jerman. Tapi itu akan sulit terjadi karena ada aturan yang memproteksi kepemilikan klub di Jerman.

Bayern Munchen, Selasa (16/06) bisa langsung menjadi juara jika berhasil mengalahkan Werder Bremen. Jika hasil imbang, maka mereka harus mengharapkan FC Mainz menang atau setidaknya menahan imbang Borussia Dortmund keesokan harinya. Namun seandainya Werder Bremen menang (semoga saja tidak ada under perform dari Werder Bremen seperti yang terjadi pada Borussia Dortmund ketika kalah dari Bayern Munchen atau kesalahan ceroboh Yan Sommer saat timnya kalah 1-2 minggu lalu), rasanya Die Bayern tak perlu khawatir, dengan sisa 3 pertandingan lagi, dan jarak 7 poin dengan Borussia Dortmund, gelar juara musim ini sudah ditangan mereka.